Blitz Production Support Pentas Teater Musikal Tangga Ke Bulan.



 Blitz Production Divisi Lighting Design dan Lighting Rental mendapatkan kepercayaan mensupport dan mengambil bagian sebagai salah satu Sponsor dalam Pertunjukan Teater Musikal Tangga ke Bulan, Naskah dan Sutradara : Derry Oktami. Penata Cahaya : Herry W Nugroho. Lighting Vendor : Blitz Production. 


( Repost )  Harris Syaus. Sebuah Catatan Untuk Tangga ke Bulan dan Proses Meraih Impian
Di minggu siang yang kelabu, di saat sisa hujan masih tergantung di awan -suasana yang sangat menggoda untuk tidur indah- saya paksakan menuju Taman Ismail Marzuki untuk memenuhi undangan. Teater Pikat, teater anak yang berumah di sekolah Palm Trees Montessori, akan menghabiskan jatah hari terakhir pentas tunggal mereka, (28/02/2016). Sepanjang jalan menuju hanya gerimis jatuh satu-satu. 
Undangan sudah disediakan di meja depan saat kami tiba di lobby gedung pertunjukan. Masih ada tiga puluh menit menjelang pertunjukan jam empat sore. Waktu yang cukup untuk membasahi dahaga dengan segelas kopi. Usai itu saya ditemani istri dan mas Yoyik Lembayung beserta cucunya memasuki ruang pentas Teater Kecil. Penonton penuh riuh.
Pertunjukan diawali komposisi sekelompok anak yang berdiri di atas pentas dengan kostum dan sarung warna-warni yang dibentangkan ke atas melewati kepala. Tidak ada musik. Suasana hanya hening. Perlahan anak-anak itu menghadap ke depan dan berseru "Horreeeee!", dan pertunjukan pun bergulir.
Kemudian para pemain berlarian penuh keriangan bermain petak umpet dengan cara masuk bersembunyi ke dalam sarung yang dibawa - beberapa anak di bangku penonton mulai tertawa. Bagian yang menjanjikan. Sayang sutradara terburu menyelesaikan adegan itu sebelum atmosfir tercipta dan menjadi peristiwa utuh. Suasana langsung dipatahkan dengan suara gemuruh penanda akan turun hujan. Anak-anak seketika berhenti dari permainannya, menghadap ke depan lagi, kemudian bernyanyi.
Selebihnya pergantian adegan dibangun dengan format berulang antara berdialog, bernyanyi dan sedikit menari sebagaimana materi pentas teater anak-anak pada umumnya. Pengulangan ini agak berbahaya mengingat irama yang cenderung terjebak pada satu pola beresiko membosankan. Untungnya sutradara bisa mengatasi itu dengan musik yang beragam guna menjaga dinamika pertunjukan.
Naskah yang ditulis dan disutradarai Derry Oktami ini tetap menarik untuk diikuti dan dicermati. Pemilihan diksi dalam dialog dan ketubuhan anak dalam bergerak tidak mengikuti kaidah teater anak kebanyakan. Aturan yang terkadang menjadi tembok dalam kerja kreatif. Derry berusaha keluar dari batasan-batasan itu tanpa menghilangkan keriangan dunia anak-anak serta kelazimannya. Sebagai sutradara, Derry mencoba mengakomodir cara berpikir dan berlaku anak-anak kekinian dengan mengusungnya ke atas pentas. Menjadi sebuah konsep yang mencoba masuk pada keberagaman bentuk pentas teater anak-anak sebagai penawaran.
Dalam menyutradarai pertunjukannya, Derry tidak larut menggarap detail adegan - khususnya yang berkaitan dengan kemampuan pemainnya. Sebagai sutradara dia sangat paham dengan materi pemain yang dimiliki kelompoknya dan menerima kenyataan itu dengan sadar. Persoalan klasik grup teater anak-anak apalagi yang bemarkas di sekolah. Krisis pemain tak terhindarkan akibat keberlanjutan jenjang pendidikan - datang dan pergi. Derry harus mencari cara mengarahkan yang bukan hanya baik dan benar dari segi psikologis anak, tapi juga memiliki kepentingan artistik di setiap pengambilan keputusan yang dibuat. Larut dalam menggarap detail akan banyak menyita waktu. Dan sebagai konsekwensinya, karena terlalu banyak dipengaruhi keputusan sutradara, anak-anak kehilangan spontanitas dalam berimprovisasi. Ini nampak di beberapa adegan.
Konsep artistik digarap minimalis. Panggung dibiarkan telanjang tanpa hiasan. Begitu juga dengan pengadaan properti. Selama pertunjukan berlangsung hanya ada dua kursi kecil keluar masuk di adegan-adegan tertentu. Penyiasatan taktis untuk mengisi ruang yang sudah disesaki oleh pemain. Akibatnya, peran cahaya sangat diperlukan untuk membentuk ruang. Di sini saya memberi catatan khusus terhadap keberadaan cahaya. Penataan cahaya yang digarap Herry W Nugrohoberhasil menguatkan suasana. Kehadiran cahaya seolah membawa kita mengembara ke ruang-ruang imajinasi. Beberapa adegan, di mata saya, menjelma peristiwa puitik ketika gambar/visual, bunyi dan gerak-gerik menyatu dalam aneka warna.
Secara keseluruhan, pementasan yang dikemas dalam durasi empat puluh lima menit ini masih manis untuk dinikmati. Di luar dari segala pertimbangan artistik yang menjadi pandangan subyektif, saya memberikan apresiasi penuh kepada seluruh pemain Tangga ke Bulan. Keberanian dan semangat mereka di atas pentas sangat luar biasa. Terutama anak-anak kecil yang bermain begitu lepas. Untuk kelompok teater anak-anak yang baru berdiri kurang lebih tiga tahun, itu sudah lebih dari cukup.
Berangkat dari tema cerita sederhana tentang bagaimana memiliki mimpi dan berusaha mewujudkannya, pertunjukan ini mengajak penonton untuk tidak gampang menyerah. Mengajak setiap anak untuk berani menghadapi segala hal yang bisa menjadi penghambat dalam meraih cita-cita. Berani mengatasi rasa takut, lebih-lebih pada sesuatu yang belum tentu terjadi. Harus selalu Optimis dan jangan Pesimis, dua karakter sikap yang dijadikan tokoh absurd dalam cerita. Pesan ini ditangkap jelas oleh beberapa orang tua yang duduk di bangku penonton dan langsung disampaikan kepada anak mereka yang menyaksikan, "Itu dengerin. Adek gak boleh takut. Gak boleh cengeng. Harus berani kayak mereka (pemain -red)".
Di akhir tulisan ini saya mengucapakan selamat kepada sutradara, Derry Oktami, dan anak-anak Teater Pikat Palm trees Montessori beserta tim produksi yang telah mewujudkan perhelatan pentas Tangga ke Bulan. Semoga anak Indonesia selalu berani membuat 'tangga' ke bulan. Berani berusaha, berani menjalani proses panjang meraih mimpi/cita-cita mereka. Sebagaimana kata Ir. Soekarno, "Gantungkan cita-citamu setinggi langit. Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan akan jatuh di antara bintang-bintang". Selamat.
Jakarta, 29 Februari 2016


Salah Satu Penggalan Dialog Pentas " Tangga ke Bulan " :

embun
yang singkat keberadaannya
Yang menguap saat mentari pagi menua
Namun hadirnya, menyegarkan segala
Sebagaimana pelangi
Yang dilahirkan cuaca
Walau sekilas menyapa
Namun hadirnya, mencerahkan angkasa
Tak ada yang sia-sia
Dalam waktu 
Tak ada upaya
yang percuma

                





Previous
Next Post »